Tuesday, August 14, 2018

Welcome, Dear...

Menjelang persalinan waktu itu, entah apa yang terjadi tapi tubuh saya semakin banyak keluhan. Dari awal kehamilan dengan mual muntah yang cukup menyiksa. Makan sedikit, keluar lagi. Jangankan minum susu untuk ibu hamil, makan dengan porsi yang biasa pun harus berjam-jam menghabiskannya dan dituntaskan dengan muntah. Begitu terus hingga sekitar 12 pekan. Nah, melewati masa itu, nafsu makan mulai kembali walau tetap diakhiri dengan muntah. Ya sudahlah, yang penting ada nutrisi masuk untuk Dudut. Walhasil, berat badan terus naik, walau tidak berkorelasi terlalu banyak pada berat badan bayi. Bayi saya termasuk imut, tapi masih dalam batas normal menurut hasil USG dan penjelasan bidan.
Menjelang pekan ke-37, berdasarkan rekomendasi dari bidan, saya memutuskan untuk cuti. Baiklah, ini anak pertama dan pada pekan-pekan ini saya bisa kapan saja melahirkan karena sesungguhnya bayi dalam kandungan sudah siap untuk dilahirkan. Ditambah lagi, keluhan kaki bengkak saya semakin menjadi disertai dengan rasa sakit yang sungguh mengganggu. Ini bukan sekedar urusan estetika karena saya hanya bisa memakai sandal gunung atau sandal jepit. Sepertinya mustahil saya ke kantor berjepit ria.
Tepat tanggal 28 Agustus, saya resmi cuti. Selama cuti, saya habiskan waktu dengan beberes rumah, cuci setrika, dan window online shopping . Ada cita-cita belajar masak tapi nggak kesampaian juga. Huh! Satu-satunya hal penting dan berkorelasi positif dengan kelancaran persalinan adalah mengunduh beberapa video senam untuk memperlancar persalinan daaan mempraktikkannya setiap pagi setelah beberes rumah. Satu hal yang saya rasakan ketika cuti adalah pikiran rileks dan sakit pinggang, kaki dsb hilang. Oh ya, saya juga jadi punya banyak waktu untuk membaca buku terkait persalinan. Buku yang sangat recommended menurut saya ada Persalinan Maryam. Membaca buku ini sungguh membuka pikiran saya untuk lebih rileks dan tidak mengkhawatirkan rasa sakit sebagaimana Bunda Maryam yang melalui proses ini seorang diri dan berserah sepenuhnya pada ketentuan Allah SWT.
Jadwal periksa ke bidan juga berubah menjadi satu kali/ pekan yang entah bagaimana menjadi rentang waktu yang sangat lama. Perjumpaan dengan Dudut meski hanya lewat layar USG adalah saat yang sangat dinanti.
Akhirnya, hari yang dinanti-nanti tiba juga. Setelah satu kali periksa kandungan setelah cuti, tepat pada hari Sabtu, tanggal 9 September 2017, saya merasa badan terutama perut tidak enak. Menurut beberapa teman, rasa ini serupa dengan sakit pre menstruasi, namun berhubung setiap haid saya tidak pernah merasakannya, maka saya pikir itu karena saya perlu istirahat. Berbaringlah saya seharian itu dan ketika akan sholat Maghrib, saya melihat gumpalan merah kecoklatan di cd. Panik. Untunglah suami saya menenangkan dan jurus browsing pun dikeluarkan. Ternyata itu adalah reaksi wajar menjelang persalinan karena mulut rahim mulai terbuka alias ada pembukaan. Malamnya saya masih bisa tidur nyenyak seperti biasa, namun sekitar jam 3 malam, perut bagian bawah terasa sakit walau tidak lama. Saya masih adem ayem di rumah karena sakit perut serupa tadi masih jarang dirasakan dan sakitnya pun masih bisa ditolerir. Saya masih bisa melakukan banyak hal seperti biasa. Begitu terus hingga siang, ketika ibu dan mas datang untuk mengantar saya cek ke Klinik Jannah.
Di klinik, saya diperiksa oleh seorang bidan muda dan beliau menyatakan bahwa saya baru pembukaan dua sempit. Saya disarankan pulang karena kemungkinan besar, waktu melahirkan masih lama. Bisa sekitar dua hari lagi.
Datanglah hari Senin, suami berangkat kerja seperti biasa walau rasa sakit mulai semakin sering tapi hanya sebentar dan masih sangat bisa ditolerir. Saya masih bisa beraktivitas seperti biasa bahkan senam hamil pun masih saya lakukan dengan harapan bisa segera melahirkan. Jeda dan rentang waktu mules, saya hitung dengan aplikasi babybump dan hasilnya masih aman. Sekitar jam 10 ibu datang ke rumah dan suami saya minta pulang untuk mengantar ke klinik. Setelah makan siang, kami berangkat ke klinik. Hampir sama dengan sebelumnya, baru bukaan tiga. Saya diminta pulang lagi. Well, sebagai orang yang belum pernah melahirkan, saya menurut saja walau ternyata ada teman saya yang heran dengan instruksi itu. Biasanya setelah bukaan tiga, meningkat ke bukaan selanjutnya akan lebih cepat. Benar saja, menjelang sholat Maghrib, mules semakin terasa dengan jeda yang semakin dekat.

Setelah sholat Maghrib, dengan menahan mules dan ngeden yang subhanallah luar biasah, berangkatlah kami ke klinik. Rencana melahirkan di klinik tempat kami biasa periksa buyar! Karena Dudut sepertinya sudah tidak sabar untuk keluar. Begitu turun mobil, saya merasakan ada sesuatu pecah di perut. Dugaan saya itu adalah ketuban karena diikuti dengan keluarnya cairan. Pelan-pelan jalan masuk klinik. Setelah periksa tensi dan denyut jantung bayi, alhamdulillah bidan favorit saya sedang praktik hari pertama di klinik tersebut. Mood booster banget yaa. Kepercayaan diri saya untuk melahirkan naik seratus persen! Berikutnya, instruksi yang saya tunggu-tunggu. Bidan periksa bukaan dan beliau bilang, "Kalo kerasa mau ngeden, ngeden aja ya, Neng." Beuh, akhirnya, ngeden lah saya sekuat tenaga dan lahirlah anak kami yang pertama dengan normal dan sempurna. Alhamdulillah...sungguh tidak ada kata yang bisa menggambarkan bahagia dan leganya.

Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yunin waj'alna lil muttaqina imaaman 

No comments:

Post a Comment