Monday, April 13, 2015

Journey of Finding Myself (Gede Mt.)

Di saat koneksi internet lagi oke kayak sekarang nih, enaknya posting sesuatu yang juga oke.
Aku punya "things to do list" sebelum meninggal. Ga tau kapan juga akan meninggal, kan? Yaah...setidaknya untuk hal-hal yang bisa dikira-kira dan direncanakan. Apa tuh yang ga bisa? Pikir sendiri aja ya, hahaha.

Salah satu hal yang sebenarnya ingin banget dilakukan sejak saya berusia lebih muda (uhuk!) adalah naik gunung. Naik gunung beneran maksudnya, bukan gunung pemancar yang ada di komplek rumah dulu. Itu mah jaman bocah juga udah sering banget. Ga butuh usaha yang keras juga sampai di puncaknya dan turun dengan selamat hanya dalam hitungan 2 jam kali ya, but anyway, it was wonderful also. 

Nah, sebagai alumni fakultas kehutanan yang waktu kuliah dulu kerjaannya keluar masuk beberapa jenis hutan mulai dari hutan pantai dan dataran rendah di Sancang, hutan dataran tinggi di Kamojang dan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, rasa-rasanya aneh jika nggak pernah naik gunung beneran. Beneran disini maksudnya, naik gunung dengan sensasi tidur di tenda, masak pake kompor portable (halah! Kayak bisa masak aja, hehe), dan jalan berjam-jam bersama ransel gede di punggung. 

Awal tahun 2015 ini saya bersama tim 12 naik Gunung Ijen dan menyaksikan betapa indahnya kawah Ijen, nah di bulan Maret kemarin ada teman yang menawarkan naik Gunung Gede bersama komunitas One Day One Juz (ODOJ) Tangerang. Wah, mau dong pastinya! Ga pake mikir lagi, langsung mengiyakan aja, dengan pertimbangan kalau naik dengan komunitas pasti udah tau beresnya aja. Mengingat mengurus surat ijin mendaki (SIMAKSI) kesana itu kayaknya agak ribet. Well, sempet terancam batal dan pindah haluan karena satu dan lain hal, alhamdulillah akhirnya berangkat juga.

Kamis, 2 April 2015
Janjian di Masjid Al Azhom Tangerang dengan teman-teman ODOJ Tangerang. Janjian jam 17.00 tapi baru berangkat dari Cilegon jam 16.30 karena biasa deh kalo janjian suka ada aja yang telat. Skip! Saya berangkat berdua dari Cilegon.
Rute kendaraan umumnya, dari Cilegon naik bis jurusan Kalideres tarifnya Rp. 25.000, bilang sama asisten pengemudinya minta diturunin di TangCity. Tadinya saya kira TangCity ini wilayah semacam BSD, ternyata depan mall TangCity. Dari situ naik angkot 01, bilang aja ke Masjid Al Azhom, tarifnya Rp. 5.000. Ternyata jalannya lumayan juga. Okelah, hitung-hitung pemanasan. Padahal laper euy! Itu sekitar jam 20.00. Sampai di Al Azhom, kamilah peserta yang datang paling akhir. Jangan dicontoh ya, meskipun jauh tetep bukan alasan untuk datang telat. Ga profesional namanya! Setelah shalat Maghrib dijamak qashar dengan Isya, lalu berangkat deh! Naik tronton Polisi yang tempat duduknya memanjang di sisi tronton gitu, hahaha. Biasa aja sih, ini masih mending dibandingin pas kuliah dulu, naik tronton juga tapi bedanya tanpa tempat duduk. Jadi semua orang tumpah ruah di baknya. Kalau ngerem ya alamat, tumpah ke depan semua, haha! Setelah semua duduk manis di bak tronton, eh ga semua ding, para pria ada yang berdiri. Tronton melaju dan saya makan bekal nasi bungkus dari ibu (Ibu memang tidak ada duanya *jempol*). Lumayan lah, perut terisi, sekarang waktunya tidur. 

Jumat, 3 April 2015
Tak sadarkan diri entah berapa lama, begitu bangun udara sudah terasa lebih rendah daripada waktu saya belum tidur tadi. Ya iyalah, udah mau sampai Cibodas. Ya, kami mendaki dari Cibodas dan turun nanti via Gunung Putri. Waktu menunjukkan sekitar pukul satu dini hari. Turun truk, simpan ransel, cari toilet lalu ngobrol-ngobrol dengan teman-teman baru di pendakian kali ini. Kenalan, berbagi cerita gunung mana saja yang pernah didaki dan ternyata, we are all newbie! Jadi, saya cerita aja tentang pengalaman saya mendaki gunung-gunung bersama si mbah favorit, google, wakaka...

Sekitar jam dua, kami putuskan untuk mulai mendaki. Sebelumnya berdoa dulu, memohon pertolongan Allah dalam pendakian kami. Berdoa selesai, lalu foto!
siap nanjak!
Jalan sekitar 10 menit terus berhenti di pos ranger untuk mengurus SIMAKSI dan cek kelengkapan. Sabun, odol, shampo yang dibawa harus dikumpulkan karena tidak boleh dipakai selama pendakian. Dengan berat hati -karena baru beli, hihihi- teman-teman mengumpulkan perlengkapan mandi mereka. Saya sih ga bawa alat mandi sama sekali, karena sudah cari tahu info pendakian ini sebelumnya. Selain itu, saya juga ga yakin akan bisa mandi di gunung.
Oh ya, kami yang pakai sandal gunung juga harus membuat surat pernyataan bahwa jika terjadi apa-apa karena penggunaan sandal akan menanggung akibatnya sendiri. Bayar Rp. 15.000 untuk materai. Mahal yak! So, kalau memang ada dana, belilah sepatu!

Perjalanan selanjutnya, masih nanjak dengan jalanan berbatu. Ga sempat foto-foto, karena gelap juga sih bahkan saya sempat hampir salah jalan. Alhamdulillah ada teman yang ngasih tau.

Dalam pendakian ini, ada delapan orang perempuan, mbak-mbak ini dari hasil obrolan kami sih, mereka masih muda-muda. Early or middle twenty lah tapi stamina saya nggak memalukan dibanding mereka. Masih keliatan lah anak Fahutannya, hehe.

Pas nanjak, lihat pal hm, rasanya ingat waktu praktik Ekologi Hutan, masuk ke hutan itu lalu sibuk mengidentifikasi semai, tiang, pancang, pohon. Kangeeen!
*move on**sigh*

Terus berjalan, melewati jembatan yang sering difoto orang-orang di blognya. Sayang kami lewat sana waktu masih gelap, jadi ga nafsu foto-foto. Surprise juga buat saya, karena saya pikir jembatan itu pendek, ternyata lumayan panjang dengan suara derasnya air di kanan kiri dan bawah jembatan. Cukup mencekam sih karena gelap sekali, hanya mengandalkan cahaya headlamp. Setelah berjalan hampir satu jam, sampai di depan plang ini,

kami putuskan untuk berhenti sejenak menunggu waktu Shubuh. Lumayan sih nunggunya lebih dari 30 menit. Setelah shalat Shubuh berjamaah tiga giliran, perjalanan dilanjutkan. Medan yang selanjutnya sungguh lebih menantang, ehem!





Kata teman-teman yang sebelumnya sudah pernah kesini, jalan ini baru diperbaiki dari yang sebelumnya tanah. Menurut teman-teman saya lagi, sekarang jadi lebih nanjak, hahaha. Olah raga lutut kalo nanjak jadinya.

Setelah nanjak, terengah-engah, lalu kami disuguhi sumber air panas. Berasa kayak di sauna deh. Boleh foto disini tapi jangan lama-lama ya, bisa macet.
This is my favorite spot! Airnya panas beneran emang. Sempat kena kaki saya yang berkaos kaki juga dan hangat! Sedari mulai trekking kedinginan, ini kena air panas dan rasanya hangat, it felt good anyway!

Jalan lagi, then another surprise was there! Air terjun indah di depan mata, sumber air jernih yang bisa diminum. Langsung tampung!



Jalan lagi. Ngos-ngosan lagi, sampailah di Kandang Badak sekitar jam 10 pagi. Leyeh-leyeh, makan cemilan, ngobrol-ngobrol. Dari 31 orang dalam rombongan, kami berlima sampai di rombongan kedua setelah 4 orang yang sampai lebih dulu. Sekitar 30 menit istirahat, kami bersembilan memutuskan melanjutkan perjalanan karena kelihatannya akan hujan. Berbalut jas hujan masing-masing, kami melanjutkan perjalanan dengan target puncak Gede!

Benar saja, tidak lama berjalan, hujan rintik mengiringi, tak lama kemudian hujan deras! Jalanan menanjak dan dialiri air membuat kami hanya bisa terus berjalan tanpa bersuara. Ngeri juga sebenernya, kuatir ada air yang lebih deras. Empat teman kami yang sampai di tanah yang lebih datar membuat shelter darurat. Berteduh sebentar, setelah reda, kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak. Jalanan sungguh menguras energi. Sungguh terjal. Alhamdulillah, sekitar jam 12.30, kami sampai di Puncak Gede. Here are the view! Amazing, GREAT!




Gagahnya Pangrango

Really, once again I felt nothing compare to His existence!

Sungguh, perjalanan ini bukan menaklukkan Gunung Gede dengan kegedeannya, tapi sejatinya menaklukkan ego dalam diri, kemalasan, rasa mudah menyerah, dan memahami bahwa Allah itu sungguh akan selalu bersama kita. Masya Allah!

Terbayar semua kelelahan, kedinginan, rasa lapar, haus, dan kesal karena banyak hal. Sungguh, pergilah ke gunung untuk menikmati udara segar dan menjadi diri sendiri.


Well, that's all! Kami berkemah di Surya Kencana dan turun lewat Gunung Putri. Perjalanan turun memakan waktu 4 jam. Ditemani hujan dan tanah becek. Jatuh berkali-kali pula, hahaha. Saya banget sih sebenernya kalau bagian jatuh sih.