Tuesday, August 15, 2017

Keliatan Keliatan...

Akhir pekan kemarin, saya ke Tangerang untuk mengunjungi keluarga dalam rangka arisan keluarga besar dari babanya suami. Sebenarnya pekan sebelumnya saya dan suami sudah ke Tangerang juga, kali itu dalam rangka mengunjungi emak dan saudara ipar yang habis melahirkan. Walau biasanya kami menjadwalkan (dan menganggarkan hehe) untuk sebulan sekali ke Tangerang, namun berhubung ada jadwal arisan keluarga yang terlupakan oleh suami, jadinya kami perlu kesana lagi. Selain itu, ada bayi dari kakak ipar yang kemarin kami jenguk juga mengalami masalah di pencernaannya sehingga perlu dirawat di NICU, jadi sekalian aja kami jenguk keponakan lagi.

Pekan lalu, kehamilan saya sudah memasuki pekan ke-34 mendekati 35. Selama ini, banyak yang bilang bahwa perut buncit saya nyaris nggak "kelihatan". Kata orang-orang sih, karena ini anak pertama, jadi otot-otot perut masih "kenceng" dan karena saya cukup tinggi. Padahal dalam hati saya sih, berat badan udah naik hampir 20 kilo, masih aja dibilang ga keliatan hamil hehehe. Nah, kemarin itu, dalam perjalanan ke Tangerang, saya mengalami "keajaiban". Waktu naik commuter line, dua kali ada bapak-bapak yang berbaik hati memberikan kursinya untuk saya duduk. Bahkan bapak yang kedua, disuruh berdiri sama penumpang lain untuk memberi duduk pada ibu hamil, yang ternyata itu adalah saya. Wow! Berarti hamil saya udah keliatan sekarang, padahal kemarin itu saya pake baju yang longgar loh. Entah juga, perutkah yang keliatan buncit atau aura ibu hamilnya yang kentara (huahahaha).

Nah, hari ini menurut HPHT, usia kehamilan saya sudah memasuki 35 pekan, yang artinya pekan depan sudah memasuki bulan ke-9. Entahlah ya, tapi pinginnya saya sih, Dudut bisa lahir sempurna dengan persalinan normal yang mudah dan lancar sebelum usia kandungan 40 pekan. Alasan saya sih, supaya Dudut juga ga terlalu besar di dalam kandungan karena kemarin selisih tiga pekan aja, dia udah nambah berat sekitar 600 gram. Masih normal sih, kata Bu Bidan. Pertambahan berat badan saya yang mungkin ga normal ya, padahal saya masih bergelut dengan mual muntah yang bisa datang kapan saja loh. Tapi bagaimanapun, saya bersyukur dianugerahi kehamilan yang ga terlalu "rewel". Walau sebelumnya pernah tiga kali flek, tapi sampai hamil seumur ini, saya masih kuat-kuat aja ngantor, cuci setrika baju, bersihin rumah dsb. Alhamdulillah pokoknya.

Mulai memasuki bulan ke-8 ini, saya sudah diminta periksa rutin ke bidan setiap dua pekan. Inilah rutinitas kami yang sangat saya suka. Saya selalu menanti-nantikan jadwal periksa ini setiap bulannya karena ini waktunya kami "bertemu" Dudut secara visual melalui USG atau audio melalui fetal doppler. Selanjutnya kalau kami diminta "bertemu" setiap dua pekan, we'll be very glad to.

Thursday, July 6, 2017

It's 29 Weeks Day 3

Alhamdulillah, telah lebih dari 7 bulan kami resmi menanti buah hati kami. Berbeda dengan kehamilan di awal, saya mengalami mual muntah yang cukup mengganggu, walau banyak orang yang menanyakan, "Ga mabok ya?" Dalam hati saya, enak banget kalo ga mabok. Ditambah saya punya riwayat sakit lambung alias gastritis alias maag. Tapi memang sebenarnya itu adalah proses yang wajar, karena mual muntah itu pertanda hormon kehamilan (HCG) yang berperan dalam pembentukan plasenta tempat janin bergantung hidup nantinya. Pada fase ini, suami yang harus banyak berkorban karena hobi masaknya harus dihentikan total. Saya nggak tahan mencium aroma masakan apapun di rumah. Kami harus selalu beli makanan dan saya dipaksa makan entah apapun itu yang tersedia.

Setelah mengetes kehamilan pertama kali dan terlihat garis merah dua yang menyatakan saya hamil, kami berkunjung ke klinik terdekat dari rumah kami dan sayangnya hanya terlihat uterus saya membesar tapi baik kantung kehamilan apalagi embrio belum terlihat. Seharusnya saya menahan pipis sebelum USG. Baiklah, kami harus bersabar untuk kembali datang untuk USG pada bulan berikutnya. Bulan berikutnya atau empat pekan kemudian, kami kembali USG dan saya telah siap menahan cairan di dalam kantung kemih, berharap jabang bayi terlihat. Benar saja kata bu bidan, kali ini kantung kehamilan beserta isinya terlihat dengan jelas, alhamdulillaaaah. Rasanya senaaaang banget! Begini ya, rasanya mau punya anak, wah banget rasanya! Means the world!

Kami memutuskan untuk melakukan USG setiap bulan sesuai jadwal periksa, walau USG 2D. Rasanya ada kepuasan tersendiri, bisa melihatnya sebelum launching. Bulan-bulan berikutnya, mulai terlihat tunas-tunas tangan dan kaki. Belum bernyawa tentu, tapi melihatnya diam-diam tumbuh, Ya Allah...indahnyaaa.

Pada USG di bulan keempat, mulai terlihat dia bergerak-gerak. Entah kenapa, suami tiba-tiba dapat ide panggilan untuknya. Mulailah ia kami panggil Dudut. Gerakannya mulai dapat dirasakan pada pekan ke-22. Pertanda bahwa Dudut kami sehat dan aktif.

Marhaban yaa Ramadhan.
Bersamaan dengan Dudut akan memasuki pekan ke-24, bulan Ramadhan tiba. Saya bertekad untuk ikut melaksanakan shaum Ramadhan. Untuk menyiapkan diri menghadapi shaum, amunisi yang saya siapkan adalah minyak zaitun (pure olive oil), madu, susu dengan choco malt, obimin, dan CDR. Alhamdulillah saya kuat hingga 29 hari puasa, hanya nggak kuat berjaga lebih dari jam 10 malam. Puasanya nikmat seakan kami saling menyemangati. Oh ya, jauh hari menjelang Ramadhan, saya dan suami sudah sering mengajaknya ngobrol untuk bersiap menghadapi puasa pertamanya. Percaya atau tidak, yang biasanya ketika lapar, dia banyak gerak, kali ini justru menjelang berbuka dia akan cenderung aktif. Senang betul sepertinya, masya Allah. Sholeh ya, Nak..

Sesuai jadwal periksa pada bulan berikutnya, yang bertepatan dengan akhir Ramadhan dan hari terakhir masuk kantor, bidan langganan kami USG ternyata tidak lagi berdinas di klinik tempat kami biasa periksa. Mulailah kami cari-cari tempat lain dan pilihan jatuh pada salah satu RS swasta di kota kami yang ada obgyn perempuannya. Terus terang saya hanya mau periksa ke sesama perempuan, biasanya bidan dan kali ini obgyn perempuan. Abaikan bahwa bu obgyn telat datang hingga satu setengah jam yang mengakibatkan pasien harus menunggu sangat lama, bu obgyn ini melayani pasiennya dengan sabar dan membuat nyaman, namun sayang waktu yang tersedia hanya sebentar. Setelah dianalisa oleh saya dan suami, rasa nyaman yang diterima dalam pemeriksaan antara dokter (obgyn) dengan bidan, relatif sama. Entah mungkin ini personal sekali tapi ini membuktikan lagi bahwa tidak semua omongan orang itu bisa dipercaya begitu saja. Kualitas dokter dengan bidan sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya saja ada beberapa tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh dokter seperti operasi cesar. Jadi kalau tidak ada masalah, insya Allah bisa dieksekusi oleh bidan saja yang kabarnya lebih sabar dan telaten menghadapi persalinan.

Pada pekan ke-29 ini, saya mengalami bengkak (edema) di bagian kaki yang cukup mengganggu. Sebenarnya bengkak ini sudah saya alami sejak pekan ke-20 tapi dengan sedikit pijatan dan memosisikan kaki lebih tinggi dari badan, bengkaknya akan hilang. Pekan ke-29 ini, bengkak semakin besar dan perlakuan-perlakuan yang sebelumnya bisa mengurangi bengkak, tidak berlaku lagi. Kaki tetap bengkak. Agak khawatir sebenarnya, tapi alhamdulillah tekanan darah normal jadi tidak ada indikasi keracunan kehamilan. Mudah-mudahan tidak ada yang salah dengan ini ya, hanya indikasi kelebihan cairan di tubuh. Well, mungkin ini memang dinamika kehamilan. Ada pahala di dalamnya jika bersabar, insya Allah. Bagaimanapun, anugerah ini sungguh luar biasa dan alhamdulillah diberi kesempatan menikmatinya.

Eh ya, kami udah mulai beli perlengkapan bayi sejak bulan ke-4. Bukan meremehkan mitos yang bilang, pamali beli perlengkapan bayi sebelum hamilnya 7 bulan tapi lebih kepada mencicil. Bayangkan kalo beli perlengkapan bayi sekaligus, berat kan? Apalagi melihat perlengkapan bayi yang sungguh lucu-lucu itu, bisa bikin kalap, segala dibeli. Mengenai mitos, yakin dan tawakkal aja, bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh Allah dan hanya akan terjadi atas ijin Allah.

Wednesday, February 22, 2017

Merencanakan Kehamilan

Setelah menikah, kami membicarakan berbagai rencana ke depan dalam rumah tangga yang kami jalani. Berhubung usia kami berdua sudah cukup "dewasa" :), maka kami tidak ada rencana menunda untuk memiliki momongan. Dan memang beda rasanya ketika belum menikah dengan setelah menikah (atau baru menikah). Sebelum menikah, tidak terpikirkan oleh saya bahwa kehadiran anak sangat penting dalam sebuah pernikahan. Maksud saya, kebahagiaan pasangan menikah itu "cukup" walau hanya hidup berdua asalkan keduanya saling mencintai dan menyayangi. Ternyata setelah menikah, tema ini tidak lagi seringan dulu. Apalagi dengan faktor U yang saya bilang tadi. Alhamdulillah sih saya punya suami yang super baik, pengertian dan selalu ngademin saya. Baginya, semua sudah diatur oleh Allah Yang Maha Baik. Oke, untuk sejenak saya adem, tapi tetep ya, kalo ngenet ga jauh-jauh yang dicari pasti tentang cara cepat hamil, bayi, dan sejenisnya. Berdasarkan temuan di dunia maya, saya berjodoh dengan ibuhamil.com. Disitu saya menemukan kalkulator masa subur dan diskusi para ibu yang juga sedang mengupayakan kehamilan.


  • Kalkulator masa subur
Cara menggunakan kalkulator ini sangat mudah, terutama bagi perempuan yang siklus haidnya teratur. Tinggal memasukkan hari pertama haid terakhir, siklus, dan interval haid tersebut. Nanti akan muncul kapan masa subur bulan berikutnya. Ini penting untuk mencocokkan kapan sebaiknya berhubungan dengan pasangan agar terjadi pembuahan. 
  • Diskusi
Dalam diskusi ini, saya cenderung pasif. Saya hanya mengintip bagaimana cerita sukses para ibu yang berhasil hamil dan sebaliknya. Dari diskusi ini, saya menemukan berbagai cara untuk meningkatkan kesuburan, mulai dari minum suplemen vitamin E, teh kayu manis, suplemen asam folat, susu ibu hamil dan banyak lagi. 


Hasil bacaan tersebut saya diskusikan dengan suami dan suami cenderung nurut aja. Jadilah kami pernah mengonsumsi teh kayu manis tapi tidak rutin karena saya malas merebusnya. Maafkan. Berdasarkan tips dari seorang teman, saya berkolaborasi dengan suami untuk rutin mengonsumsi suplemen vitamin E dan khusus untuk saya, minum suplemen asam folat dan susu ibu hamil. Masing-masing satu kali dalam sehari. Ikhtiar telah dilakukan, doa pun digencarkan. Merayu-Nya untuk memberikan kami amanah menjadi orang tua.

Sekitar sebulan setelah kami mulai mengonsumsi suplemen tersebut, sekitar dua hari sebelum haid bulan berikutnya, saya merasakan mual muntah terutama setelah makan. Berhubung saya belum mengalami terlambat haid, saya belum mau geer dulu walau sangat berharap agar si tamu bulanan tidak hadir. Benar saja, pada tanggal yang biasanya saya kedatangan tamu, dia tidak datang. Alhamdulillah. Rasanya senang tapi belum lega karena belum melakukan tes sama sekali. Pagi berikutnya, saya coba testpack dan hasilnya, satu garis. Tarik napas panjang dan berpikir, berarti telat. Hingga dua hari kemudian, si tamu masih belum juga datang, saya coba testpack lagi dan hasilnya  nampak garis kedua yang samar. Ketika saya sampaikan pada suami, beliau juga senang tapi agak garing gitu, biasalah laki-laki. Alhamdulillah, insya Allah kami akan menjadi orang tua. Semoga lancar dan kami dapat menjadi orang tua yang amanah. Aamiin.

Thursday, February 16, 2017

Beginilah Kami Mempersiapkannya

Sekedar berbagi mengenai persiapan pernikahan tanggal 4 September tahun lalu. Kami tidak melalui proses yang namanya pacaran, walau kami bekerja di gedung yang sama. Namun kami memutuskan untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan pernikahan by ourselves. Mulai dari cari-cari tempat, vendor katering, vendor dekorasi dsb. 

1. Tempat. 

Berhubung kami memutuskan untuk melangsungkan pernikahan tidak di rumah saya sebagai mempelai wanita karena satu dan lain hal karena memang sih dari dulu juga saya bercita-cita tidak melangsungkan akad apalagi resepsi di rumah karena terbayang repotnya bahkan hingga setelah acara berlangsung. Maka, mulailah saya hunting tempat di Cilegon yang diperkirakan masuk budget kami dan hasilnyaaa...semua penuh! Sepertinya saat itu memang musim menikah. Bahkan ada yang hingga pertengahan tahun depan. Beralihlah kami ke kota sebelah, Serangyang mana merupakan kota tempat kami bekerja. Tujuan utama adalah sebuah aula Masjid Baitush Sholihin di Jalan Bhayangkara dan alhamdulillah, pada waktu yang diinginkan tempat tersebut tersedia. Lega. Satu bisul pecah!

2. Dekorasi dsb.

Berikutnya, cari-cari dekorasi yang berkorelasi dengan kostum, make up dan sebagainya. Adik ipar menawarkan temannya yang sebenarnya sih sudah dengan harga yang bagus, tapi berhubung ada yang menawarkan dengan harga yang lebih murah, maka pakailah yang terakhir. Pertimbangannya, dekorasi bukanlah hal yang vital. Lebih baik menghabiskan lebih banyak dana untuk katering dan makanan lain. Pilihan yang pada akhirnya tidak kami sesali walau sejujurnya, saya kurang puas dengan vendor dekorasi ini karena di tengah-tengah menjelang hari-H, banyak inkonsistensi. Beberapa item yang telah disepakati di awal kemudian dikurangi. Kecewa sih tapi mau bagaimana lagi, uang muka sudah disetorkan dan saya sudah terlanjur ga enak sama teman yang menghubungkan. Ya sudah, lanjut walau dengan perasaan kurang sreg. 

3. Katering

Bagian ini yang paling memuaskan. Kami menggunakan jasa Prima Catering. Ini ternyata adalah kateringnya Dharma Wanita RS. Krakatau Medika. Mas marketingnya ramah dan informatif. Sejak awal saya hubungi via WhatsApp, beliau selalu bersegera membalas dan menjawab lebih dari yang saya butuhkan. Pokoknya kesan pertama begitu meyakinkan deh. Harga yang ditawarkan juga pas ga mahal-mahal. Setelah saya komunikasikan dengan calon (waktu itu), beliau pun ga keberatan. Apalagi, si mas marketing juga menawarkan kalau sebagian pembayaran bisa dilakukan setelah acara. Mengenai lokasi, pihak katering juga tidak berkeberatan untuk mengantar ke Serang. Alhamdulillah. Ketika menjelang pernikahan, dekorasi katering ini juga cantik dan lebih cepat selesai dibanding dekorasi utamanya. Pendek kata, pelayanan katering ini sangat memuaskan. Saya masih nyimpan kontak si mas marketing kalau-kalau ada yang butuh.

4. Souvenir

Ini printilan yang mau ga mau harus ada. Saya cari souvenir ini di Tokopedia dan hasilnya banyak sekali pilihan. Barangnya lucu-lucu, murah, dan menarik. Kami memutuskan menyiapkan souvenir berupa kipas kertas dan sedikit sisa souvenir dari pengajian di rumah berupa taplak meja plastik. Ini hanya semacam formalitas sebenarnya tapi lega aja ketika semua hal telah siap.

5. Undangan

Saya ga terlalu banyak campur tangan urusan ini. Kami memesan di salah satu teman yang memiliki percetakan. Setelah beberapa kali revisi, menjelang hari-H, jadilah surat undangan dan siap sebar.

6. KUA

Pernikahan kami dilangsungkan di Serang, maka kami berdua statusnya numpang nikah. Saya agak lupa, apa saja yang dibutuhkan untuk mengurus surat numpang nikah, tapi alurnya saya ke Pak RT atau perwakilannya untuk mengurus surat pengantar. Disini saya ga pake berkas sama sekali. Bawa diri aja, apalagi perwakilan RT waktu itu adalah orang tua murid saya. Malam itu juga, surat pengantar langsung jadi dan besoknya saya bawa ke kantor Kelurahan untuk dibuatkan pernyataaan bahwa saya adalah warga kelurahan tersebut dan masih perawan (ihiy!) alias belum pernah menikah. Gratis! Berkas yang saya bawa, surat pengantar dari RT, fotokopi KTP, KK, dan foto kalo ga salah. Nah, dari sini saya lanjut ke KUA. Karena sudah siang, pejabat yang menandatangani sudah pulang, jadi saya mesti kembali besoknya. Hari esoknya, ketika saya kembali, surat sudah jadi, tapi saya mesti menunggu kepala KUA untuk diajak "ngobrol". Singkat cerita, beres aja ya. Tinggal ngurus surat nikah di KUA tempat nikah. Ini mah urusan calon saya.

Begitulah pengalaman saya dalam mempersiapkan pernikahan kami yang mudah-mudahan sekali seumur hidup. Semoga bermanfaat terutama untuk yang akan melangsungkan pernikahan di sekitar kota saya.

Tuesday, January 10, 2017

I always wonder about the power of love. True love.
Aku pernah membaca sebuah pernyataan. Kalau tidak salah, dari Anis Matta. Beliau menulis bahwa hadiah terbaik bagi dua orang yang saling mencintai adalah pernikahan. Walau tak selalu ada cinta untuk berujung pada pernikahan. Cinta akan datang setelah ikatan yang menggetarkan langit itu disahkan antara dua insan yang meniatkan untuk saling setia, bersabar, dan memahami.

Bagiku, pernikahan adalah berarti menemukan jiwa lain untuk berbagi dan memahami. Disanalah perasaan nyaman itu didapat. Maka tidaklah heran ketika ada pasangan yang terlihat selalu bahagia meski tidak bergelimang harta seperti sebagian pasangan yang lainnya. Namun sungguh, persepsiku tidak selalu benar. Ada saja aku temukan pasangan yang tetap bertahan meski keseharian mereka berbumbu ketidaknyamanan.

Ketika aku belum menikah, aku selalu berpikir bahwa tidak ada lagi yang bisa dipertahankan jika salah satu sudah berani menyakiti dengan sengaja, terutama secara fisik. Bahkan dalam Islam, ketika suami sudah melontarkan kata "cerai", maka jatuhlah talak. Konon karena pria adalah makhluk yang logikanya lebih hebat dibanding wanita, walau pada berbagai kasus, tidak selalu begitu.

Sekarang, ketika aku sudah menikah walau baru, aku semakin tidak mengerti apa yang dipertahankan oleh pasangan yang sesungguhnya kebersamaan mereka bukan saling menenangkan namun justru meresahkan. Jika memang suami tidak lagi bisa mencintai istri dan (mungkin) anak-anaknya, serta tak mampu lagi menjadi imam terbaik, mengapa hal itu hanya sekedar terlontar di bibir? Bukankah setiap orang berhak bahagia?