Thursday, November 26, 2015

Hujan

Siang ini Serang tidak sepanas biasanya. Sudah mulai masuk musim hujan mungkin. Mendung.

Kata teman saya, "Sudah bisa nyanyi November Rain ya?"
Saya bilang, "Boleh aja, tapi disini rainnya masih malu-malu. Mungkin disini nanti lagunya ganti judul dulu jadi December Rain."

Sejak kecil saya selalu suka hujan. Sering sembunyi-sembunyi main hujan. Pulang ke rumah mindik-mindik, kuatir dimarahi karena hujan-hujanan. Suka juga ketika pulang sekolah dan hari hujan. Sengaja lewat jalan terjauh untuk sampai ke rumah, 'melupakan' payung di dalam tas yang telah dengan susah payah dibelikan ibu. Lain lagi kalau berangkat sekolah dengan bersepeda. Itu lebih menyenangkan lagi. Nggak mungkin kan bersepeda sambil memegang payung? 
Bersenda gurau dengan teman-teman yang juga 'melupakan' jemputan becaknya. Ikut berjalan kaki hingga di tengah perjalanan baru naik becak dengan pakaian, sepatu, dan tas basah kuyup. Entah seperti apa rupa buku-buku di dalam tas. Tertawa-tawa sambil saling meledek. Masih enggan pulang karena betah bermain hujan.

Bagi saya, main hujan di waktu kecil itu menyenangkan karena ketika sampai rumah, sudah tersedia secangkir minuman hangat. Bisa susu coklat atau teh manis buatan ibu. Jika pulang sekolah hujan dan itu hari Sabtu, maka yang terjadi justru sebaliknya. Saya memilih tidak buru-buru pulang. Menunggu bapak menjemput di depan sekolah sambil membawa payung. Walau tidak kehujanan, di rumah tetap menanti secangkir minuman hangat.

Akhir-akhir ini, hujan semakin jarang datang. Kata orang, alam sudah tidak bersahabat lagi dengan manusia. Mungkin yang terjadi adalah sebaliknya. Manusia yang semakin banyak jumlahnya, semakin hobi pula menyulut kerusuhan dengan alam.

Oh ya, ini kata teman saya yang lain. Hujan adalah satu persen kenangan dan sisanya yang 99% adalah mi rebus ditambah telur dan cabe rawit.

Cheers!

No comments:

Post a Comment