Sunday, April 3, 2011

Jadi Pelajaran

Pernahkah Anda melihat seorang anak menangis sambil teriak sekaligus merajuk minta sesuatu?

Saya pernah, baru saja tadi dan (shamely) anak yang menangis itu adalah keponakan saya :(.

Ceritanya begini, malam ini saya jalan-jalan sama keluarga saya (ibu+saudara-saudara) di salah satu mall di Jakarta Utara. Rencananya memang sengaja ke mall itu karena ada arena bermain anaknya. Sejak berangkat, si ponakan yang berumur 3 tahun lebih sekian bulan ini memang pingin banget main. Tapi kita memutuskan makan malam dulu. Selama acara makan malam, ponakan kecil ini malah sibuk mainan sumpit dan ngacak-ngacak, disuruh makan malah mainan di bawah meja. Dibilangin malah kabur dan melawan. Intinya dia tidak menurut, sehingga kami pun kompak tidak menuruti kemauannya untuk main. Lalu terjadilah insiden itu (lebay deh bahasanya!). Si ponakan nangis sambil meratapi mandi bola. Coba dibilangin lagi sama ayahnya, malah marah-marah, mamanya dipukul (saya paling nggak suka liat anak kecil dipukul orang dewasa, tapi ternyata miris juga kalo terjadi sebaliknya). Selama perjalanan pulang, si ponakan yang terus nangis, dicuekin. Lama-lama dia diam juga. Asli, nggak tega banget. Pengen meluk atau menggandengnya, tapi ah, mudah-mudahan ini memberinya efek jera agar lebih menurut lain kali.

Selidik punya selidik, ternyata memang benar bahwa semua tingkah polah dan karakter anak terbentuk dari lingkungannya. Setiap hari dia bergaul dengan teman-teman yang sering melawan orang tua jika keinginannya tidak dituruti tanpa ada timbal baliknya. Ditambah lagi kedua orang tuanya, yang tidak lain adalah kakak saya dan istrinya, senantiasa memberikan dengan mudah apa yang dia inginkan, bahkan hampir setiap pekan ke mall untuk main di arena bermain, termasuk mandi bola, beli baju atau mainan. Jadi wajar kan, kalau sekarang dia ngambek?

Pelajaran besar buat saya, tidak selalu menuruti keinginan anak itu akan berbuah baik. Bisa jadi maksudnya untuk menyenangkan si anak agar tenang, tapi malah jadi bom waktu yang siap meledakkan anak.

Konsistensi juga penting dalam mendisiplinkan anak. Jangan gentar dengan air mata! Jika gentar, mereka akan memanfaatkan kelemahan itu. Ingat dulu, walaupun anaknya sampai guling-guling di pasar sambil nangis, ibu saya tidak lantas mengubah kata 'tidak' jadi 'ya'. Dua jempol untuk beliau!

2 comments:

  1. I know how you feel =(
    Punya keponakan jg jadi ya, begitulah haha~

    ReplyDelete
  2. Iya, emang gak gampang jadi org tua, walaupun baru jadi bulek.. haha

    ReplyDelete