Alhamdulillah, telah lebih dari 7 bulan kami resmi menanti buah hati kami. Berbeda dengan kehamilan di awal, saya mengalami mual muntah yang cukup mengganggu, walau banyak orang yang menanyakan, "Ga mabok ya?" Dalam hati saya, enak banget kalo ga mabok. Ditambah saya punya riwayat sakit lambung alias gastritis alias maag. Tapi memang sebenarnya itu adalah proses yang wajar, karena mual muntah itu pertanda hormon kehamilan (HCG) yang berperan dalam pembentukan plasenta tempat janin bergantung hidup nantinya. Pada fase ini, suami yang harus banyak berkorban karena hobi masaknya harus dihentikan total. Saya nggak tahan mencium aroma masakan apapun di rumah. Kami harus selalu beli makanan dan saya dipaksa makan entah apapun itu yang tersedia.
Setelah mengetes kehamilan pertama kali dan terlihat garis merah dua yang menyatakan saya hamil, kami berkunjung ke klinik terdekat dari rumah kami dan sayangnya hanya terlihat uterus saya membesar tapi baik kantung kehamilan apalagi embrio belum terlihat. Seharusnya saya menahan pipis sebelum USG. Baiklah, kami harus bersabar untuk kembali datang untuk USG pada bulan berikutnya. Bulan berikutnya atau empat pekan kemudian, kami kembali USG dan saya telah siap menahan cairan di dalam kantung kemih, berharap jabang bayi terlihat. Benar saja kata bu bidan, kali ini kantung kehamilan beserta isinya terlihat dengan jelas, alhamdulillaaaah. Rasanya senaaaang banget! Begini ya, rasanya mau punya anak, wah banget rasanya! Means the world!
Kami memutuskan untuk melakukan USG setiap bulan sesuai jadwal periksa, walau USG 2D. Rasanya ada kepuasan tersendiri, bisa melihatnya sebelum launching. Bulan-bulan berikutnya, mulai terlihat tunas-tunas tangan dan kaki. Belum bernyawa tentu, tapi melihatnya diam-diam tumbuh, Ya Allah...indahnyaaa.
Pada USG di bulan keempat, mulai terlihat dia bergerak-gerak. Entah kenapa, suami tiba-tiba dapat ide panggilan untuknya. Mulailah ia kami panggil Dudut. Gerakannya mulai dapat dirasakan pada pekan ke-22. Pertanda bahwa Dudut kami sehat dan aktif.
Marhaban yaa Ramadhan.
Bersamaan dengan Dudut akan memasuki pekan ke-24, bulan Ramadhan tiba. Saya bertekad untuk ikut melaksanakan shaum Ramadhan. Untuk menyiapkan diri menghadapi shaum, amunisi yang saya siapkan adalah minyak zaitun (pure olive oil), madu, susu dengan choco malt, obimin, dan CDR. Alhamdulillah saya kuat hingga 29 hari puasa, hanya nggak kuat berjaga lebih dari jam 10 malam. Puasanya nikmat seakan kami saling menyemangati. Oh ya, jauh hari menjelang Ramadhan, saya dan suami sudah sering mengajaknya ngobrol untuk bersiap menghadapi puasa pertamanya. Percaya atau tidak, yang biasanya ketika lapar, dia banyak gerak, kali ini justru menjelang berbuka dia akan cenderung aktif. Senang betul sepertinya, masya Allah. Sholeh ya, Nak..
Sesuai jadwal periksa pada bulan berikutnya, yang bertepatan dengan akhir Ramadhan dan hari terakhir masuk kantor, bidan langganan kami USG ternyata tidak lagi berdinas di klinik tempat kami biasa periksa. Mulailah kami cari-cari tempat lain dan pilihan jatuh pada salah satu RS swasta di kota kami yang ada obgyn perempuannya. Terus terang saya hanya mau periksa ke sesama perempuan, biasanya bidan dan kali ini obgyn perempuan. Abaikan bahwa bu obgyn telat datang hingga satu setengah jam yang mengakibatkan pasien harus menunggu sangat lama, bu obgyn ini melayani pasiennya dengan sabar dan membuat nyaman, namun sayang waktu yang tersedia hanya sebentar. Setelah dianalisa oleh saya dan suami, rasa nyaman yang diterima dalam pemeriksaan antara dokter (obgyn) dengan bidan, relatif sama. Entah mungkin ini personal sekali tapi ini membuktikan lagi bahwa tidak semua omongan orang itu bisa dipercaya begitu saja. Kualitas dokter dengan bidan sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya saja ada beberapa tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh dokter seperti operasi cesar. Jadi kalau tidak ada masalah, insya Allah bisa dieksekusi oleh bidan saja yang kabarnya lebih sabar dan telaten menghadapi persalinan.
Pada pekan ke-29 ini, saya mengalami bengkak (edema) di bagian kaki yang cukup mengganggu. Sebenarnya bengkak ini sudah saya alami sejak pekan ke-20 tapi dengan sedikit pijatan dan memosisikan kaki lebih tinggi dari badan, bengkaknya akan hilang. Pekan ke-29 ini, bengkak semakin besar dan perlakuan-perlakuan yang sebelumnya bisa mengurangi bengkak, tidak berlaku lagi. Kaki tetap bengkak. Agak khawatir sebenarnya, tapi alhamdulillah tekanan darah normal jadi tidak ada indikasi keracunan kehamilan. Mudah-mudahan tidak ada yang salah dengan ini ya, hanya indikasi kelebihan cairan di tubuh. Well, mungkin ini memang dinamika kehamilan. Ada pahala di dalamnya jika bersabar, insya Allah. Bagaimanapun, anugerah ini sungguh luar biasa dan alhamdulillah diberi kesempatan menikmatinya.
Eh ya, kami udah mulai beli perlengkapan bayi sejak bulan ke-4. Bukan meremehkan mitos yang bilang, pamali beli perlengkapan bayi sebelum hamilnya 7 bulan tapi lebih kepada mencicil. Bayangkan kalo beli perlengkapan bayi sekaligus, berat kan? Apalagi melihat perlengkapan bayi yang sungguh lucu-lucu itu, bisa bikin kalap, segala dibeli. Mengenai mitos, yakin dan tawakkal aja, bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh Allah dan hanya akan terjadi atas ijin Allah.